Ilalang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Liliopsida
Ordo:
Poales
Famili:
Poaceae
Genus:
Imperata
Spesies:
I. cylindrica
Nama binomial
Imperata cylindrica
(L.) Beauv.
Untuk kota di India, lihat
Alang.
Alang-alang atau ilalang ialah
sejenis rumput berdaun tajam,
yang kerap menjadi gulma di
lahan pertanian. Rumput ini
juga dikenal dengan nama-
nama daerah seperti alalang,
halalang ( Min.), lalang (Mly.,
Md., Bl.), eurih (Sd.), rih (Bat.)
, jih (Gayo), re (Sas.,
Sumbawa), rii, kii, ki (Flores),
rie (Tanimbar), reya (Sulsel),
eri, weri, weli (Ambon dan
Seram), kusu-kusu (Menado,
Ternate dan Tidore), nguusu
(Halmahera), wusu, wutsu
(Sumba) dan lain-lain.
Nama ilmiahnya adalah
Imperata cylindrica, dan
ditempatkan dalam anak suku
Panicoideae. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai
bladygrass, cogongrass,
speargrass, silver-spike atau
secara umum disebut satintail,
mengacu pada malai bunganya
yang berambut putih halus.
Orang Belanda menamainya
snijgras, karena sisi daunnya
yang tajam melukai.
Pemerian botanis
Rumput menahun dengan
tunas panjang dan bersisik,
merayap di bawah tanah.
Ujung (pucuk) tunas yang
muncul di tanah runcing tajam,
serupa ranjau duri. Batang
pendek, menjulang naik ke
atas tanah dan berbunga,
sebagian kerapkali (merah)
keunguan, kerapkali dengan
karangan rambut di bawah
buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di
tempat-tempat lain mungkin
lebih.
Helaian daun berbentuk garis
(pita panjang) lanset berujung
runcing, dengan pangkal yang
menyempit dan berbentuk
talang, panjang 12-80 cm,
bertepi sangat kasar dan
bergerigi tajam, berambut
panjang di pangkalnya, dengan
tulang daun yang lebar dan
pucat di tengahnya. Karangan
bunga dalam malai, 6-28 cm
panjangnya, dengan anak bulir
berambut panjang (putih) lk. 1
cm, sebagai alat melayang
bulir buah bila masak.
Ekologi dan
penyebaran
Dengan ujung daun keunguan
Alang-alang dapat berbiak
dengan cepat, dengan benih-
benihnya yang tersebar cepat
bersama angin, atau melalui
rimpangnya yang lekas
menembus tanah yang
gembur. Berlawanan dengan
anggapan umum, alang-alang
tidak suka tumbuh di tanah
yang miskin, gersang atau
berbatu-batu. Rumput ini
senang dengan tanah-tanah
yang cukup subur, banyak
disinari matahari sampai agak
teduh, dengan kondisi lembab
atau kering. Di tanah-tanah
yang becek atau terendam,
atau yang senantiasa
ternaungi, alang-alang pun tak
mau tumbuh. Gulma ini dengan
segera menguasai lahan bekas
hutan yang rusak dan terbuka,
bekas ladang, sawah yang
mengering, tepi jalan dan lain-
lain. Di tempat-tempat
semacam itu alang-alang
dapat tumbuh dominan dan
menutupi areal yang luas.
Sampai taraf tertentu,
kebakaran vegetasi dapat
merangsang pertumbuhan
alang-alang. Pucuk-pucuk
ilalang yang tumbuh setelah
kebakaran disukai oleh hewan-
hewan pemakan rumput,
sehingga lahan-lahan bekas
terbakar semacam ini sering
digunakan sebagai tempat
untuk berburu.
Malai bunga yang serupa ekor
berbulu satin
Alang-alang menyebar alami
mulai dari India hingga ke Asia
timur, Asia Tenggara,
Mikronesia dan Australia. Kini
alang-alang juga ditemukan di
Asia utara, Eropa, Afrika,
Amerika dan di beberapa
kepulauan. Namun karena
sifatnya yang invasif tersebut,
di banyak tempat alang-alang
sering dianggap sebagai gulma
yang sangat merepotkan.
Jenis yang berkerabat
Marga Imperata memiliki
anggota sekitar 8 atau 9
spesies. Selain Imperata
cylindrica, beberapa jenis yang
lain misalnya:
Imperata brasiliensis -
Brazilian bladygrass,
Brazilian satintail
Imperata brevifolia -
California satintail
Imperata conferta -
plumegrass, kunay grass
Imperata contracta -
guayanilla. Kegunaan
Secara umum, alang-alang
digunakan untuk melindungi
lahan-lahan terbuka yang
mudah tererosi. Kecepatan
tumbuh, jalinan rimpang alang-
alang di bawah tanah, serta
tutupan daunnya yang rapat,
memberikan manfaat
perlindungan yang dibutuhkan
itu.
Di Bali dan Indonesia timur
umumnya, daun alang-alang
yang dikeringkan dan dikebat
dalam berkas-berkas
digunakan sebagai bahan atap
rumah dan bangunan lainnya.
Daun alang-alang juga kerap
digunakan sebagai mulsa
untuk melindungi tanah di
lahan pertanian. Serat halus
dari malai bunganya kadang-
kadang digunakan sebagai
pengganti kapuk, untuk
mengisi alas tidur atau bantal.
Rimpang dan akar alang-alang
kerap digunakan sebagai
bahan obat tradisional, untuk
meluruhkan kencing
( diuretika), mengobati demam
dan lain-lain.
Sejumlah kultivarnya diseleksi
untuk dijadikan rumput hias di
taman-taman. Di antaranya
adalah kultivar ‘Red Baron’
yang berdaun merah.
Trivia
Salah satu cara untuk
membasmi alang-alang ialah
dengan menanami lahan
dengan jenis-jenis pohon yang
ulet, cepat tumbuh, dan
mempunyai tajuk yang relatif
rapat untuk membentuk
naungan yang cukup berat.
Salah satu yang
direkomendasikan adalah
gamal (Gliricidia spp.). Konon,
nama “gamal” memiliki
kepanjangan ganyang mati
alang-alang.
Rabu, 07 April 2010
Ilalang
Ilalang
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Nama umum
Indonesia : Ilalang,
alang-alang (Jawa),
eurih (Sunda), ambengan
(Bali)
Inggris : cogon grass,
satintail, blady grass
Cina : Bai mao gen
Jepang : chigaya
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping
satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-
rumputan)
Genus: Imperata
Spesies: Imperata cylindrica
(L.) Beauv.
Deskripsi
Terna rumput, berumur
panjang (perenial), tumbuh
berumpun, tinggi 30-180 cm.
Akar rimpang, menjalar,
berbuku-buku, keras dan liat,
berwarna putih. Batang
berbentuk silindris, diameter 2-3 mm, beruas-ruas. Daun
warna hijau, bentuk pita
(ligulatus), panjang 12-80cm,
lebar 2 - 5 cm, helaian daun
tipis tegar, ujung meruncing
(acuminatus), tepi rata,
pertulangan sejajar (parallel),
permukaan atas halus,
permukaan bawah kasap
(scaber). Bunga majemuk,
bentuk bulir (spica),
bertangkai panjang, setiap
bulir berekor puluhan helai
rambut putih sepanjang 8-14mm, mudah diterbangkan
angin. Buah bentuk biji jorong,
panjang +/- 1 mm, berwarna
cokelat tua. Perbanyaan
vegetatif (akar rimpang)
Pengendalian
Dalam tanaman ini mengandung zat alelopati yang berguna untuk menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya. Sehingga sangat mengganggu di areal tanaman yang dibudidayakan. Pengendalian lalang bisa dilakukan secara manual dan chemist. Namun Cara manual tidak dibenarkan karena tidak efektif membasmi lalang sampai tuntas, mengingat merupakan jenis tanaman yang memilika akar rimpang, dimana apa bila di pangkas tidak akan mematikan.
Cara yang paling efektif adalah dengan sistem chemist yang menggunakan racun yang bersifat sistemik. Dimana benar-benar bisa tuntas sampai ke akar-akarnya. Herbisida yang populer dikalangan petani dan pekebun adalah yang mengandung bahan aktif glyphosate.
Karena sifatnya yang sistemik, mematikan melalui jaringan tanaman sampai ke jaringan akar. Sehingga diharapkan tidak tumbuh lagi, karena akar rimpangnya benar-benar sudah mati.
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Nama umum
Indonesia : Ilalang,
alang-alang (Jawa),
eurih (Sunda), ambengan
(Bali)
Inggris : cogon grass,
satintail, blady grass
Cina : Bai mao gen
Jepang : chigaya
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping
satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-
rumputan)
Genus: Imperata
Spesies: Imperata cylindrica
(L.) Beauv.
Deskripsi
Terna rumput, berumur
panjang (perenial), tumbuh
berumpun, tinggi 30-180 cm.
Akar rimpang, menjalar,
berbuku-buku, keras dan liat,
berwarna putih. Batang
berbentuk silindris, diameter 2-3 mm, beruas-ruas. Daun
warna hijau, bentuk pita
(ligulatus), panjang 12-80cm,
lebar 2 - 5 cm, helaian daun
tipis tegar, ujung meruncing
(acuminatus), tepi rata,
pertulangan sejajar (parallel),
permukaan atas halus,
permukaan bawah kasap
(scaber). Bunga majemuk,
bentuk bulir (spica),
bertangkai panjang, setiap
bulir berekor puluhan helai
rambut putih sepanjang 8-14mm, mudah diterbangkan
angin. Buah bentuk biji jorong,
panjang +/- 1 mm, berwarna
cokelat tua. Perbanyaan
vegetatif (akar rimpang)
Pengendalian
Dalam tanaman ini mengandung zat alelopati yang berguna untuk menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya. Sehingga sangat mengganggu di areal tanaman yang dibudidayakan. Pengendalian lalang bisa dilakukan secara manual dan chemist. Namun Cara manual tidak dibenarkan karena tidak efektif membasmi lalang sampai tuntas, mengingat merupakan jenis tanaman yang memilika akar rimpang, dimana apa bila di pangkas tidak akan mematikan.
Cara yang paling efektif adalah dengan sistem chemist yang menggunakan racun yang bersifat sistemik. Dimana benar-benar bisa tuntas sampai ke akar-akarnya. Herbisida yang populer dikalangan petani dan pekebun adalah yang mengandung bahan aktif glyphosate.
Karena sifatnya yang sistemik, mematikan melalui jaringan tanaman sampai ke jaringan akar. Sehingga diharapkan tidak tumbuh lagi, karena akar rimpangnya benar-benar sudah mati.
Tipe Kelapa Sawit dan Sejarahnya
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang
dibudidayakan terdiri dari dua
jenis : E. guineensis dan E.
oleifera. Jenis pertama adalah
yang pertama kali dan terluas
dibudidayakan orang. E.
oleifera sekarang mulai
dibudidayakan pula untuk
menambah keanekaragaman
sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat
tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang
terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang
buahnya memiliki cangkang
tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin
pengolah namun biasanya
tandan buahnya besar-besar
dan kandungan minyak per
tandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang namun
bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera
adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap
bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang
buah tipis namun bunga
betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul
memiliki persentase daging
per buahnya mencapai 90%
dan kandungan minyak per
tandannya dapat mencapai
28%.
Untuk pembibitan massal,
sekarang digunakan teknik
kultur jaringan.
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan
sebagai bahan baku minyak
makan, margarin, sabun,
kosmetika, industri baja,
kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk begitu
beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat
yang dimilikinya yaitu tahan
oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut
oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang
tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam
bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer
untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buah. Bagian daging
buah menghasilkan minyak
kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku
minyak goreng dan berbagai
jenis turunannya. Kelebihan
minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten
tinggi. Minyak sawit juga
diolah menjadi bahan baku
margarin.
Minyak inti menjadi bahan
baku minyak alkohol dan
industri kosmetika.
Ciri-ciri Bunga dan Buah
Bunga dan
buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya
kecil, bila masak berwarna
merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung
minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan
minyak goreng, sabun, dan
lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak.
Ampas yang disebut bungkil
itu digunakan sebagai salah
satu bahan pembuatan
makanan ayam.
Tempurungnya digunakan
sebagai bahan bakar dan
arang.
Buah diproses dengan
membuat lunak bagian daging
buah dengan temperatur 90°C.
Daging yang telah melunak
dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang.
Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan
dan teknik pressing. Setelah
itu dialirkan ke dalam lumpur
sehingga sisa cangkang akan
turun ke bagian bawah
lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi
bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.
Sejarah perkebunan
kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke
Indonesia oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tahun
1848. Beberapa bijinya
ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya
ditanam di tepi-tepi jalan
sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang
bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati
akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide
membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli,
maka dikenallah jenis sawit
"Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit
mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya
di Hindia Belanda adalah
Adrien Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K.
Schadt. Perkebunan kelapa
sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatera (Deli)
dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123
ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal
sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang,
Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912. Di Malaya,
perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih dura Deli
dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman
kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan
Jepang, Hindia Belanda
merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak
pendudukan Jepang, produksi
merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun
1940.
Usaha peningkatan pada masa
Republik dilakukan dengan
program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil
meningkatkan hasil, dan
pemasok utama kemudian
diambil alih Malaya (lalu
Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru
perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan.
Perluasan areal perkebunan
kelapa sawit terus berlanjut
akibat meningkatnya harga
minyak bumi sehingga peran
minyak nabati meningkat
sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Botani
Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian
sekitar 12m, dan merupakan
kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari
Afrika.
Sumber : wikipedia.
Kelapa sawit yang
dibudidayakan terdiri dari dua
jenis : E. guineensis dan E.
oleifera. Jenis pertama adalah
yang pertama kali dan terluas
dibudidayakan orang. E.
oleifera sekarang mulai
dibudidayakan pula untuk
menambah keanekaragaman
sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat
tipe kelapa sawit berdasarkan
ketebalan cangkang, yang
terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang
buahnya memiliki cangkang
tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin
pengolah namun biasanya
tandan buahnya besar-besar
dan kandungan minyak per
tandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak
memiliki cangkang namun
bunga betinanya steril
sehingga sangat jarang
menghasilkan buah. Tenera
adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan
Pisifera. Jenis ini dianggap
bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang
buah tipis namun bunga
betinanya tetap fertil.
Beberapa tenera unggul
memiliki persentase daging
per buahnya mencapai 90%
dan kandungan minyak per
tandannya dapat mencapai
28%.
Untuk pembibitan massal,
sekarang digunakan teknik
kultur jaringan.
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan
sebagai bahan baku minyak
makan, margarin, sabun,
kosmetika, industri baja,
kawat, radio, kulit dan industri
farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk begitu
beragam peruntukannya
karena keunggulan sifat
yang dimilikinya yaitu tahan
oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan
bahan kimia yang tidak larut
oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang
tinggi dan tidak menimbulkan
iritasi pada tubuh dalam
bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer
untuk diolah dari kelapa sawit
adalah buah. Bagian daging
buah menghasilkan minyak
kelapa sawit mentah yang
diolah menjadi bahan baku
minyak goreng dan berbagai
jenis turunannya. Kelebihan
minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten
tinggi. Minyak sawit juga
diolah menjadi bahan baku
margarin.
Minyak inti menjadi bahan
baku minyak alkohol dan
industri kosmetika.
Ciri-ciri Bunga dan Buah
Bunga dan
buahnya berupa tandan,
bercabang banyak. Buahnya
kecil, bila masak berwarna
merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung
minyak. Minyaknya itu
digunakan sebagai bahan
minyak goreng, sabun, dan
lilin. Ampasnya dimanfaatkan
untuk makanan ternak.
Ampas yang disebut bungkil
itu digunakan sebagai salah
satu bahan pembuatan
makanan ayam.
Tempurungnya digunakan
sebagai bahan bakar dan
arang.
Buah diproses dengan
membuat lunak bagian daging
buah dengan temperatur 90°C.
Daging yang telah melunak
dipaksa untuk berpisah
dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing
pada mesin silinder berlubang.
Daging inti dan cangkang
dipisahkan dengan pemanasan
dan teknik pressing. Setelah
itu dialirkan ke dalam lumpur
sehingga sisa cangkang akan
turun ke bagian bawah
lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit
sangat potensial menjadi
bahan campuran makanan
ternak dan difermentasikan
menjadi kompos.
Sejarah perkebunan
kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke
Indonesia oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tahun
1848. Beberapa bijinya
ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya
ditanam di tepi-tepi jalan
sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang
bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati
akibat Revolusi Industri
pertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide
membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli,
maka dikenallah jenis sawit
"Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit
mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya
di Hindia Belanda adalah
Adrien Hallet, seorang Belgia,
yang lalu diikuti oleh K.
Schadt. Perkebunan kelapa
sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatera (Deli)
dan Aceh. Luas areal
perkebunan mencapai 5.123
ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian
didirikan di Marihat (terkenal
sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang,
Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912. Di Malaya,
perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang
Tenmaran, Kuala Selangor
menggunakan benih dura Deli
dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman
kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan
Jepang, Hindia Belanda
merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak
pendudukan Jepang, produksi
merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun
1940.
Usaha peningkatan pada masa
Republik dilakukan dengan
program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil
meningkatkan hasil, dan
pemasok utama kemudian
diambil alih Malaya (lalu
Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru
perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan.
Perluasan areal perkebunan
kelapa sawit terus berlanjut
akibat meningkatnya harga
minyak bumi sehingga peran
minyak nabati meningkat
sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Botani
Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian
sekitar 12m, dan merupakan
kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari
Afrika.
Sumber : wikipedia.
Selasa, 06 April 2010
Kayu Ulin, kayu besi
Pohon Ulin
Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Di Kaltim disebut Pohon Kayu Ulin. Nama lain dari pohon ulin adalah pohon kayu besi. Di Kalbar sering disebut dengan nama kayu belian atau bulian. Sebenarnya, pohon ulin dengan nama latin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kaltim, dan juga hampir seluruh Kalimantan, dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut.
Tinggi pohon ulin mencapai 50 m dengan diameter hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah.
Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang.
Jenis kayu dari pohon ulin ini tidak mudah lapuk baik di air maupun daratan. Itulah sebabnya kayu ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan khususnya untuk rumah yang didirikan di atas tanah rawa.
Sayangnya, pohon ini tidak bisa tumbuh pada semua kawasan hutan. Biasanya tumbuh pada dataran tinggi dengan tanah berpasir. Oleh karena itu, pembibitan dan pembudidayaannya agak sulit dilakukan.
Namun umumnya masyarakat di Kalbar membudidayakannya dengan biji. Dimana biji dari pohon induk disemaikan di tanah yang agak subur dan agak teduh. Setelah berumur lebih dari 3 bulan baru ditanam di sekeliling ladang mereka.
Di daerah Sangatta pedalaman harga kayu ulin 900 ribu per kubiknya. Karena masih langsung dengan para pemasok atau penebangnya langsung. Tapi apabila sudah dikota harganya sudah lebih mahal.
Kegunaannya bisa dipakai untuk bahan pembuat kapal, papan untuk dinding, balok dengan berbagai ukuran, dan ada juga yang dipakai atap rumah (disebut atap sirap).
Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Di Kaltim disebut Pohon Kayu Ulin. Nama lain dari pohon ulin adalah pohon kayu besi. Di Kalbar sering disebut dengan nama kayu belian atau bulian. Sebenarnya, pohon ulin dengan nama latin (eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kaltim, dan juga hampir seluruh Kalimantan, dengan ciri kayunya keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut.
Tinggi pohon ulin mencapai 50 m dengan diameter hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah.
Pohon tersebut agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin. Di bagian bawah pohon ada bagian yang berlobang.
Jenis kayu dari pohon ulin ini tidak mudah lapuk baik di air maupun daratan. Itulah sebabnya kayu ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan khususnya untuk rumah yang didirikan di atas tanah rawa.
Sayangnya, pohon ini tidak bisa tumbuh pada semua kawasan hutan. Biasanya tumbuh pada dataran tinggi dengan tanah berpasir. Oleh karena itu, pembibitan dan pembudidayaannya agak sulit dilakukan.
Namun umumnya masyarakat di Kalbar membudidayakannya dengan biji. Dimana biji dari pohon induk disemaikan di tanah yang agak subur dan agak teduh. Setelah berumur lebih dari 3 bulan baru ditanam di sekeliling ladang mereka.
Di daerah Sangatta pedalaman harga kayu ulin 900 ribu per kubiknya. Karena masih langsung dengan para pemasok atau penebangnya langsung. Tapi apabila sudah dikota harganya sudah lebih mahal.
Kegunaannya bisa dipakai untuk bahan pembuat kapal, papan untuk dinding, balok dengan berbagai ukuran, dan ada juga yang dipakai atap rumah (disebut atap sirap).
Kamis, 01 April 2010
Buah Lai (pekawai/pampaken)
Buah Lai atau pekawai atau durian merah, adalah tanaman buah yang masih kerabat dekat, tetapi berbeda spesiaesnya. Buah Lai nama latinnya (Durio kutejensis), sedangkan durian nama latinnya (Durio zibethinus). Buah lai adalah buah asli dari kutai kartanegara kalimantan timur, meskipun ada juga dibeberapa daerah laen, tapi dari nama latinnya kutejensis berasal dari kutai. Buah lai jumlah populasinya semakin berkurang karena penebangan hutan. Karena pohon lai termasuk jenis tanaman tahunan yang baru berbuah apabila tanaman sudah berumur 10 tahun bahkan bisa lebih, tetapi pohon lai sudah bisa diperbanyak secara okulasi untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, yaitu umur 5 tahun sudah berbuah dan pohonnya pun tidak terlalu tinggi.
Label:
buah lai,
durian merah,
durio kutejensis,
pampaken
Langganan:
Postingan (Atom)